SEJARAH MAROS SULAWESI SELATAN

Sejarah tentang Maros senantiasa terkait dengan keberadaan manusia pra-sejarah yang ditemukan di Gua Leang-leang, Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung (sekitar 11 km dari kota Maros atau 44 km dari Kota Makassar) Dari hasil penelitian, arkeolog menyebutkan bahwa gua bersejarah tersebut telah dihuni oleh manusia sejak zaman Megalitikum sekitar 3000 tahun sebelum Masehi (nyaris satu zaman dengan Nabi Nuh yang wafat 3043 tahun sebelum Masehi) yang selanjutnya turun-temurun atau beranak-pinak hingga saat ini. Sehingga, untaian sejarah tersebut menjadi "benang merah" tentang asal-muasal orang-orang Maros atau biasa disebut dengan istilah "Putera Daerah".




Berdasarkan data-data yang diperoleh, terutama salah satu putra daerah, yakni Andi Fahry Makkasau dari bukunya berjudul “Kerajaan-Kerajaan di Maros Dalam Lintasan Sejarah”, memuat sejarah Kabupaten Maros. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Kabupaten Maros pada awalnya adalah sebuah wilayah kerajaan yang dipengaruhi oleh dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yakni Kerajaan Bone dan Kerjaan Gowa, yang mana pada waktu itu, Maros memiliki nilai strategis yang sangat potensial. Kabupaten Maros dari dulu hingga saat ini dihuni oleh dua suku, yakni Suku Bugis dan Suku Makassar.

Kerajaan Marusu mulai dikenal dan mempengaruhi kerajaan lain berawal dari kehadiran Tumanurung Karaeng Loe Ri Pakere pada tahun 1471, dalam berbagai lontara baik lontara Maros maupun lontara Gowa dan Bone disebutkan bagaimana seorang tokoh kharismatik, bergelar Karaeng Loe Ri Pakere telah memperkenalkan eksistensi kerajaannya yang diberi nama Marusu pada kerajaan-kerajaan tetangga, bahkan dengan cepat dapat memainkan peranan konstruktif dalam tatanan politik pemerintahan kerajaan Kembar Makassar (Gowa-Tallo), bahkan diformalkan dengan melakukan perjanjian persahabatan dengan Raja Bone VI La Olio Bote-e dan dengan Raja Polongbangkeng I bergelar Karaeng Loe Ri Bajeng

"TODDO LIMAYYA RI MARUSU” (persatuan adat lima kerajaan) terdiri atas : Marusu, Simbang, Bontoa, Tanralili, Turikale dan Raya.

(1) Kerajaan Tanralili

Tanralili berasal dari kata ” Tenri dan Lili ” yg berarti tidak dapat ditundukkan, dikatakan demikian karena daerah ini terkenal akan wataknya yang keras dan pemberani. Didirikan pertama kali pada sekitar tahun 1700 oleh bangsawan bone bernama La Mappaware Dg Ngirate Batara Tanralili Bulu’ Ara’na Bulu  yang merupakan keturunan dari La Patau Matanna Tikka Sultan Alimuddin Idris Matinroe RiNaga Uleng Raja Bone XVI.

(2) Kerajaan Turikale

Berdiri pada sekitar tahun 1700 oleh I Mappiare Dg Mangngiri Putra Raja Gowa/Tallo, I Mappau’rangi Karaeng Boddia Sultan Sirajuddin. Dikatakan Turikale (orang dekat/kerabat dekat) sebab, bangswan yang pertama kali membuka derah ini adalah putra Raja Gowa sendiri.

 (3) Kerajaan Simbang
Kerajaan ini berdiri pada sekitar awal tahn 1700 oleh La Pajonjongi Petta Sanrimana Belo Karaeng Ammallia Butta Ri Marusu yang merupakan bangsawan Gowa Bone putra dari La Pareppa Tosappewali Sultan Ismail Tumenanga Ri Somba Opu.

(4) Kerajaan Bontoa

Berdiri pada tahun 1700 oleh I Mannyarrang seorang bangsawan dari daerah bangkala putra dari I pasairi dg Mangngasi Karaeng Labbua Tali Bannangna dari isterinya I Daeng Takammu Karaeng Bili’ Tangngayya putri dari I Monriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng Raja Gowa X ( 1546-1565)

(5) Kerajaan Lau’

Berdiri pada sekitar tahun 1800 oleh La Abdul Wahab Pagelipue Dg Mamangung Mattinroe Ri Laleng Tedong putra dari La Mauraga Dg Malliungang Datu Mario Ri Wawo , cucu dari WE Tenri Leleang Sultanah Aisyah Datu Tanete Pajung Luwu XXVI Mangattinroe Ri Soreang. Diperisterikan oleh La Malliongang Datu Limattinroe Ru Sapirie.
Kelima Wilayah kerajaan itulahci yang merupakan cikal bakal dari Kerajaan Marusu yang kemudian bernama Kabupaten Maros sampai saat ini. Selain nama Maros, masih terdapat nama lain daerah ini, yakni Marusu dan/atau Buttasalewangan. Ketiga nama tersebut oleh sebagian masyarakat Kabupaten Maros sangat melekat dan menjadikan sebagai lambang kebanggaan tersendiri dalam mengisi pembangunan daerah.

Setelah menjalani titian sejarah selama lima abad dimulai dengan berdirinya Kerajaan Marusu pada awal abad XV yang selanjutnya terjadi kehidupan yang berdinamika bagi setiap kerajaan mulai dari sistem Monarki menjadi daerah Regentschap kemudian menjadi daerah Adat Gemeenschap sampai dekade terakhir menjadi distrik, maka dalam sebuah masa peralihan antara fase pemerintahan klasik/tradisional dengan pemerintahan konstitusional lahirlah Undang-undang No. 29 Tahun 1959 (14 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945) Undang-undang tersebut menjadi dasar hukum berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II se Sulawesi Selatan termasuk didalamnya adalah Kabupaten Maros yang meliputi gabungan tiga persekutuan adat. Dari terbentuknya Maros sebagai wilayah administrasi kabupaten dari tahun 1960 sampai sekarang, telah dipimpin oleh 17 (Tujuh Belas) Bupati Kepala Daerah & caretaker termasuk Bupati yang menjabat saat ini H. Hatta Rahman.

SHARE

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar: